Jumat, 13 April 2012

Berlindung Dibalik Dalil Alqurán

Kembali ke Alqurán dan hadits memang menjadi moto utama bagi umat islam , namun sangat disayangkan terkadang memang benar bahwa aqal fikiran menjadi nanar dan nyasar bagi yang tak mampu memahami tafsir makna & takwil nya, apalagi bila tak memahami asbabun nuzulnya(sikon) turunnya ayat tsb. Sehingga dalil hadits hanya di translate pindah bahasa saja tanpa mampu memahami jauh kedalam kebenaran yang sebenar-benarnya secara haqikat. Tentu pemahaman haqikat bukan wilayah otak, tapi lebih ke intuisi dan Qalbu.

Semua nasehat akan selalu mengatakan kembali kepada Allah & Rasulnya adalah diterjemahkan dengan kembali kepada dalil Alqurán dan Hadits, sehingga Alqurán dan hadits bagaikan berhala, sedangkan dalil Alquran tsb masih terbungkus dan terkhijab oleh kebodohan otak manusia yang masih perlu untuk dipecahkan melalui berbagai macam disiplin ilmu tasir, belum lagi ditambah oleh polesan sikap prilaku(akhlaqul kharimah) untuk menghindari, sikap sikap fanatik buta yang merupakan dinding pemikiran, sifat egoisme, merasa paling benar, dan yang tidak sepaham atau diluar islam maka dihukumi kafir masuk neraka, seakan-akan agama ini adalah satu-satu nya agama paling uptodate paling benar, sampai sampai untuk sekedar masuk surga harus merusak, mengebom dan membantai orang-orang yang tak berdosa.

Sebagai umat islam tentu sangat prihatin atas semua klaim-klaim untuk mencari pembenaran diri, sehingga dalil-dalil ayat suci menjadi alasan untuk membenarkan faham diri sendiri, sehingga yang tampak hanya sebuah doktrin dan dogma yang timbul dari aqal pemikiran yang sempit untuk berlindung dibalik dalil Alqurán.

Sesuai dengan buktinya, maka tak aneh bila yang katanya agama paling benar itu malah terpecah belah menjadi bermacam-macam dalam kelompok golongan aliran yang membiungungkan umat, yang masing-masing nya mengklaim dirinya paling benar.

Sikap fanatik dan egoisme merasa paling benar, menurut ahli psikologi adalah merupakanpenyakit hambatan perkembangan jiwa, sehingga jiwa-jiwa yang seharusnya merdeka dan dewasa menjadi lemah daya spiritual nya, karena doktrin dan dogma telah menjadi ciri sikap prilakunya yang jauh dari sifat fathonah (Jiwa yang cerdas), selalu monoton tidak berkembang nalarnya, kaku, dan terkunci oleh doktrin dalil ayat yang masih terbungkus oleh khijab kebodohan.

Rasulullah saw berpesan agar anak keturunan kita terhindar dari lemah nalar.
Karena agama tanpa ilmu akan rusak, demikian pua sebalik nya, tentu ilmu disini bukan hanya sekedar hafalan dalil dan ayat yang memenuhi otak tanpa makna, namun pengetahuan akanhaqikat dari sesuatu yang tak tampak secara kongkrit di mata, namun tampak oleh penglihatan hati nurani. Seperti apa yang di tegaskan oleh Alqurán pula bahwa :
Alqurán berada di dalam dada orang-orang yang ber ilmu

Semoga umat islam ini benar-benar menyadari bahwa dalam kehidupan yang kompleks di berbagai dimensi alam , umat islam mampu memahami agama dan kitab sucinya, karena Alqurán hanyalah petunjuk saja, yang masih harus dibuktikan melalui dalil ayat yang tersirat di alam kehidupan ini sesuai pa yang telah ditunjukan.

Mohon maaf bila terdapat kesalahan kata dan kalimat,
Wabillahit taufik wal hidayah
Salam…….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar