Jumat, 06 April 2012

Falsafah Pewayangan Jawa

Dalam wacana falsafah pewayangan Jawa dikenal suatu konsepsi Ilmu Luhur yang menjadi prinsip dasar kepemimpinan a la Jawa. Yakni ilmu “Hasta Brata”. Hasta berarti delapan, brata adalah “laku” atau jalan spiritual. Hasta Brata maknanya adalah delapan “laku” yang harus ditempuh seseorang bila sedang menjalankan tampuk kepemimpinan. Kedelapan “laku” sebagai personifikasi delapan unsur alamiah yang dijadikan panutan watak (watak wantun) seorang pemimpin. Kedelapan unsur tersebut meliputi delapan karakter unsur-unsur alam yakni : bumi, air, angin, samudra, rembulan, matahari, api, dan bintang. Bila seorang pemimpin mau mengadopsi 8 karakter unsur alamiah tersebut, seorang pemimpin dapat menjadi raja, pemimpin yang adil, jujur, berwibawa, arif dan bijaksana. Dalam tokoh pewayangan, sosok pemimpin ideal tersebut diwakili oleh sang Prabu Rama Wijaya dan Sri Bathara Kresna.
Assalamu ‘alaikum,
sepertinya sama dengan yang disabdakan dalam Al-Quran yaitu:
tusabbihu lahu alssamaawaatu alssab’u waal-ardhu waman fiihinna wa-in min syay-in illaa yusabbihu bihamdihi walaakin laa tafqahuuna tasbiihahum innahu kaana haliiman ghafuuraan
[17:44] Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya Bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan Bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. ( AL ISRAA’ (Memperjalankan di malam hari ) ayat 44)
intinya adalah bumi dan langit yang ketujuh semua yang ada didalamnya bertasbih kepada Allah, sehingga perilaku spiritual apapun bersumber kepada Al-Quran dan Al-hadist. Dari ayat di atas semuanya bertasbih kepada Allah. Kita sebagai makhluk kosmos wajib pula bertasbih kepada Allah sebagaimana burung dan makhluk lainnya termasuk bumi, air, angin, samudra, rembulan, matahari, api dan bintang. Semuanya bertasbih kepada Allah untuk keteraturan jagad raya dan bimbingan serta rahmat dari Allah SWT untuk kembali kepada kebahagiaan makhlukNya di muka bumi.

“ngelmu titen”-Ilmu untuk mencermati segenap tanda-tanda alam sebagai wujud bahasa dan kalimat Tuhan yang tak tertulis.
Kalau dalam Al-Quran proses pencarian ilmu bisa ditelaah dari kisah Nabi Musa as ketika mencari ilmu yang lebih tinggi dari ilmu yang dia dapatkan. Yaitu apa yang disebut dengan ilmu laduni, yaitu ilmu yang berada di sisi Tuhan. Seperti yang tertera dalam surat Al-Kahfi:
fawajadaa ‘abdan min ‘ibaadinaa aataynaahu rahmatan min ‘indinaa wa’allamnaahu min ladunnaa ‘ilmaan
[18:65] Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.
Manusia Jawa masa lampau, memiliki ilmu kepemimpinan yang secara kualitas lebih baik dan lebih canggih daripada pemimpin zaman modern saat ini. Dalam artian kemampuannya untuk merumuskan setiap fenomena yang terjadi dan mendiagnosa setiap permasalahan secara tepat, kemudian membuat rencana problem solving kemudian melakukan manuver-manuver yang bersifat konkrit. Meliputi berbagai bidang kehidupan, sosial, politik,ekonomi,hukum.
Kalau dalam contoh sirah Nabawiyah bisa kita dapatkan contoh panutan pemimpin yang berkualitas dan bisa menjadi teladan bagi manusia zaman sekarang, ialah Nabi Muhammad dan Khulafaur Rasyidin. Nabi Muhammad terkenal sebagai pemimpin yang disegani dan bisa
memecahkan berbagai persoalan. Dalam bahasa Al-Quran disebutkan:
laqad kaana lakum fii rasuuli allaahi uswatun hasanatun liman kaana yarjuu allaaha waalyawma al-aakhira wadzakara allaaha katsiiraan
[33:21] Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (AL AHZAB (GOLONGAN YANG BERSEKUTU) ayat 21)

Bagaimana dengan presiden saat ini, apakah memiliki pusaka hasta brata ini mas sabda langit ? karena menurut saya yang memiliki kapasitas wahyu keprabon dan wahyu cakraningrat itu hanya Soekarno dan Soeharto. Presiden lainnya tidak memiliki kapasitas ini. Calon presiden lainnya yang menurut ramalah prabu Jayabaya adalah satrio piningit atau ratu adil. Satrio piningit ini yang nantinya menjadi pemimpin Indonesia dengan mengaplikasikan wahyu keprabon dan wahyu cakraningrat yang dimilikinya. Selain itu satrio piningit juga merupakan titisan dewa wisnu yang kesembilan (titisan dewa wisnu ke delapan adalah sebagai batara kresna). Sehingga dapat diyakini bahwa satrio piningit nantinya juga mewarisi pusaka hasta brata ini , karena bertingkah laku spiritual mengikuti benda-benda alamiah delapan buah (bumi, air, angin, samudra, rembulan, matahari, api dan bintang).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar