Jumat, 06 April 2012

Kemungkinan (Wallahu A'lam)

Mungkin salah satu dari sekian banyak dari kita yang memandang budaya jawa yang dalam hal ini tentang pusaka hasta brata yang mas utarakan dengan mengambil latar dan setting Mahabarata dan ramayana adalah tidak lain produk dari agama terdahulu sebelum islam sehingga beliau memaparkan apa yang saat ini diyakini dan dibenarkannya sehingga manakala ada orang yang memberikan referensi teladan selain dari teladannya maka ia akan mencoba mengkomparasi dgn keyakinannya.
Yang jadi pertanyaan adalah apakah benar kisah-kisah tersebut itu produk dari india…? atau barang kali justru itu adalah produk dalam negri. ( hanya Tuhan dan hamba-2 yang dikehendakinya saja yang tahu ).
Sebagai contoh kecil: banyak diantara kita ( orang desa ) mendengar bahwa arjuna bersemayam di gunung ini dll, dasamuka yang memiliki rawarontek tubuhnya di tumpuk oleh hanoman digunung itu dll, kaki semar ada digunung sana dsb.
Dari fenomena itu bagi orang yang percaya dan mengetahui kalau ditanya bahwa tokoh-tokoh itu benar adanya dan mereka asli produk dalam negri yang kemudian waktu jaman hindu budha cerita tersebut dibawa ke India bahkan saya membaca di forum sebelah bahwa jawa dengan kebudayaannya adalah peninggalan atlantik yang hilang ( kebudayaan yang menjadi mercusuar dunia waktu itu ) yang sudah barang tentu kalau benar lebih tua dari hindu itu sendiri dan di jaman itulah konon cerita tersebut terjadi ( Wallahu a’lam ).
Semoga Allah menjadikanku wong seng mancarake “jiwa” nur Muhammad lan seng “raga” ngagem kejawen ( budaya dan tradisi luhurnya ). Amiin
++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Ya, begitulah Mas, Kejawen itu sebenarnya ajaran berisi kebaikan secara KONTEKSTUAL, dan bisa mengikuti perkembangan zaman. Entah alasan apa, Kejawen didefinisikan bukan agama, krn tidak memiliki kitab suci. Tetapi kejawen merupakan salah satu di antara ribuan bahkan jutaan ilmu spiritual yg cukup religius yg ada di muka bumi.
Sementara banyak org mengukur tingkat religiusitas seseorang hanya berdasarkan kepandaianya menghafal dan menguraikan isi kitab secara TEKSTUAL. Ketika disodorkan persoalan-persoalan hakekat, malah tdk mudeng. Itulah kelemahan memahami agama semata-mata dengan pendekatan TEKSTUAL.
salam sejati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar