Rabu, 04 April 2012

Mengenal TuhanNya

Nabi adam pun turun nya di India…kok, satu wilayah dengan himalaya puncak para dewa, kalau akhirnya nabi terakhir itu harus “tapa brata ber samadhi” di guha Hira…., itu gak aneh, karena makhluk yang berakal harus menyatu dengan unsur alam untuk mengenal Rabbul ‘alamin Sanghyang Jagad, untuk menjadi manusia sempurna (insaan kamil).

Hingga menurut wahyu sasmita ghaib mengatakan ” …bacalah dengan nama Tuhan-mu…..dst “, yakni Sanghyang Jagad yang menuhani alam semesta(makro) dan alam mikro(diri manusia). Wahyu sasmita ghaib pertama tidak mengatakan “….bacalah dengan nama KU…?” . Tuhan tidak pernah mengatakan dan menjelaskan Nama Nya pada wahyu pertama.

Karena manusia berakal sudah mengetahui nama Tuhan sesuai tingkat peradaban tradisi budaya masing-masing dalam kearifan nya. “Arif” berarti tahu, yang mengetahui disebut yang telah “makrifat”.

jadi Tuhan itu tidak saja dikenal oleh orang-orang arab blakangan, yang saat itu wilayah arab dan sekitar nya sangat rusak sekali moral nya, merendahkan wanita, mengubur bayi perempuan hidup-hidup, penyembah berhala-berhala dll.

Hindu tertua, budha, zoro aster, kisunda & kejawen pun sudah mengenal Tuhan nya dalam tingkat peradaban kearifan lokal. Jadi tak perlu mempermasalahkan tentang KEJAWEN dan agama lain ….?, dengan mengajak teka-teki silang memperdebatkan pepesan kosong, itu moral manusia yang tak ada kerjaan….?.

Setuju dengan anda,,…..mari ucapkan “hamdalah …”, selalu bersyukur siapapun manusia dan agama nya, menuju Jaya NKRI, dengan moto JAWA is JIWA yang lahir dari tanah air Jawa-Nusantara.

JAWA is JIWA ( JAVA-SHIVA). yang mempunyai arti dan lambang sebagai mana suku penduduk P. JWA. Terpatri dalam bukti struktur alam tanah air nya. Jawa timur(sanghyang dampal/kaki), jawa tengah(sangyang bujal/pusar), jawa barat(sanghyang sirah/kepala), dan diwilayah jawa barat “Raja Mandala” terdapat “sanghyang tikoro/tenggorokan”, sebuah guha berbentuk sungai mengalirkan air dari kota Bandung(bendungan), yang sekarang dijadikan danau PLTA saguling.

Bukti arti dan lambang untuk pemahaman nilai peradaban kearifan lokal di P. Jawa telah terpatri menjadi bukti nyata dialam kehidupan tak terbantahkan yang kita injak tanah nya, dihirup udaranya, diminum airnya, dimakan hasilbumi nya, berikut kita tumpahkan segala kotoran dan tetek bengek nya.

Dimana tanah dipijak disitulah langit di junjung tinggi, sehingga kita tak perlu capek-capek menjunjung tanah air bangsa lain, itu urusan mereka masing-masing.
Maka jayalah NIKRI menuju bangsa yang berbudi pekerti luhur.

Salam baik,…sukses selalu…..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar